MY memories n friends

PENATALAKSANAAN MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN KOMUNIKASI VERBAL DENGAN PENDEKATAN EVIDENCE BASED PRACTICE PADA KLIEN ENSEFALITIS DI RUANG ANAK RSD

Minggu, 26 Juli 2009

PENATALAKSANAAN MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN KOMUNIKASI VERBAL DENGAN PENDEKATAN EVIDENCE BASED PRACTICE
PADA KLIEN ENSEFALITIS DI RUANG ANAK
RSD dr SOEBANDI JEMBER.
Pembimbing : Nikmaturrahmah S,Kep Ns

OLEH
ELVAN EFFENDI


A.PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme lain yang non purulent.
Secara klinis ensefalitis dapat dijumpai muncul bersamaan dengan meningitis yang disebut meningoensefalitis, dengan tanda dan gejala yang menunjukkan dengan adanya inflamasi pada meningen seperti kaku kuduk, trias ensefalitis yaitu demam, kejang dan kesadaran menurun, Anak tampak gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku. Dapat disertai gangguan penglihatan ,pendengaran ,bicara dan kejang. Ingin tau penelitian yang telah ada klik disini


2.Tujuan
a.Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menerapkan penatalaksanaan gangguan komunikasi verbal pada klien anak ‘G’ dengan kasus ensefalitis dengan menggunakan pendekatan evidence based practice.
b.Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
1)Mengidentifikasi data evidence based pada anak dengan ensefalitis
2)Mengidentifikasi kebutuhan perubahan berdasarkan data evidence based pada anak dengan ensefalitis
3)Menentukan desain perencanaan penatalaksanaan gangguan komunikasi verbal berdasarkan analisis data evidence based pada anak dengan ensefalitis
4)Melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan strategi perencanaan yang telah disusun.
5)Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan


B. ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN EVIDENCE BASED PRACTICE
1. Evidence based
a. Data Umum
Tanggal MRS : 03 Juli 2009/ 15.00 WIB, ibu klen mengatakan saat dirumah mengalami demam tinggi dan kejang kemudian dibawa ke Puskesmas ambulu jam 10.30, oleh puskesmas diberi obat yang dimasukkan di anus + infus klien masih kejang kurang lebih 15 mnit dan oleh puskesmas dirujuk ke IGD dr. Soebandi Jember pukul 15.00. No register 256519 Pengkajian dilakukan tanggal 8 Juli 2009/09.00 WIB.
b. Data Demografi
An G, umur 6 tahun, suku jawa/Indonesia, Sekolah TK, Islam, Karang Tempek Ambulu, penanggung jawab Ny N.
c. Riwayat keperawatan
Keluhan Utama ; Klien datang dengan demam tinggi, klien hanya diam tidak berbicara.
RPS : Kurang lebih setengah bulan yang lalu pasien diare dan muntah 3x ½ mangkok tiap muntah. ± 5 hari sebelum masuk rumah sakit klien mulai panas badan, panasnya tinggi, kejang (-), oleh ibu diperiksakan ke dokter dan diberi obat penutun panas diminum dalam 3 hari, selama minum obat panas mereda. Pada tanggal 3 jili 2009 pagi sebellum MRS klien demam lagi menjadi lebih tinggi daripada kemaren, disertai kejang 1x, kejang seluruh tubuh < 15 menit, setelah kejang klien tertidur dan terbangun klien hanya diam tidak bicara. Oleh ibu kien dibawa ke Puskesmas ambulu jam 10.30 WIB diberi obat yang dimasukkan di anus + infuse klien masih kejang lagi ± 15 menit kemudian oleh puskesmas dirujuk ke RSD dr Soebandi jember jam 15.00 WIB.
d. Pola Fungsi Kesehatan
Saat dirumah klien sebagai siswa TK, setiap harinya klien selalu bermain dengan teman sebayanya dan keluarganya. Jika sakit keluarga klien membawanya ke dokter dan puskesmas terdekat.
Pola nutrisi : Klien makan 3x sehari nasi, lauk, ikan, sayuran, buah-buahan, minum air 1500 cc/hari. Saat di rumah sakit klien makan 3x sehari, 1 porsi habis.
Pola aktivitas : Saat di RS klien hanya berbaring di tempat tidur, miring kanan dan kiri.
Pola eliminasi : klien buang air kecil 4 x/hari, klien terpasang pempers.
Status imunisasi : Menurut ibu anaknya telah mendapatkan imunisasi lengkap
Pola hubungan peran: Keluarga sangat menyayangi klien saat dirumah dan saat sakit, hubungan kllien dengan ibu dan keluarga masih kurang dikarenakan klien masih belum bias berkomunikasi dengan baik, klien masih belum bisa mengucapkan kata-kata.
e. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : GCS 4-1-4
HR : 100x/menit, RR 22x/menit, suhu 37 C. TB : 97 cm,
Kepala berbentuk simetris, rambut bersih, hitam dan penyebarannya merata, berombak, Reaksi cahaya +/+, mata anemi(-), ikterus tidak ada, pupil midriasis.
Hidung : Bentuk normal, tidak terdapat epistaksis, nampak keluar sekret berwarna kental dan jumlahnya sedikit, tidak ada polip, tidak ada pernapasan cuping hidung.
Telinga : Simetris kanan dan kiri, pendengaran normal, tak tampak keluar cairan.
Mulut : Simetris, tak tampak cyanosis, tak ada karies, lidah bersih, tidak terdapat stomatis, tak ada trismus, bibir tampak kering dan pecah-pecah. Klien tidak mau bicara.
Tenggorokan: Tonsil tak tampak kemerahan dan tak tampak pembesaran, faring tampak kemerahan, tak ada eksudat.
Leher : kaku kuduk (+), tak ada pembesaran kelenjar tiroid, tak ada pembesaran vena jugularis,
Dada / Thorax : bentuk dada simetris, tak ada refraksi intercostal, tidak terdapat ronchi, tak ada wheezing, dan iramanya teratur.
Jantung : iktus cordis ICS 2 mid klavikula sinistra, S1 S2 tunggal .
Abdomen : Turgor kulit kembali < 1 detik, , keadaan lien dan hepar normal, tidak teraba benjolan / tumor.
Ekstrimitas atas: tak ada oedem, pergerakan normal, pada tangan kiri terpasang infus, tak ada tanda – tanda flebitis, akral hangat, Ekstrimitas bawah: tak ada oedem, pergerakan normal, akral hangat.
f. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 03 juli 2009
Hb : 13,4. LED 31/58. Gol darang O, Trombosit 139. Leokosit 15,1.
Tanggal 04 Juli 2009
LCS -. Leokosit 20. Protein Reagen habis. Glukosa 75. Nonne positif lemah. Pandy positif.
g. Terapi : Injeksi Cefotaxim 3x800 mg. Ampicilline 3x800 mg, manitol 40 cc. piracetam 2x200 mg.
2. Identifikasi kebutuhan
Adapun kebutuhan pasien yang perlu mendapatkan pelayanan keperawatan berdasarkan evidence based yang telah dikumpulkan antara lain:
a. Kerusakan komunikasi verbal
b. Gangguan perfusi jaringan
c. Potensial terjadi kejang ulang
d. Intoleransi aktivitas
e. Resiko hipertermi
f. Resiko gangguan pemenuhan nutrisi
g. Resiko injuri
Prioritas kebutuhan yang harus dipenuhi adalah kerusakan komunikasi verbal. Beberapa dasar pertimbangan yang dipakai untuk menetapkan kerusakan komunikasi verbal menjadi prioritas antara lain:

a.Jalaluddin Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan
b.Menurut teori Erikson, pada usia prasekolah anak berada pada fase inisiatif melawan rasa bersalah. Pada masa ini anak berkembang rasa ingin tahu dan daya imaginasinya, sehingga anak banyak bertanya mengenai segala sesuatu di sekelilingnya yang tidak diketahuinya ( Nursalam, 2005).

Pada ensefalitis terjadi peradangan jaringan otak yang dapat mengenai selaput pembungkus otak dan medula spinalis khususnya pada bagian otak kanan dan kiri. bagian ini berkaitan dengan fungsi melihat, mendengar, mencipta, berpikir, berbicara sesuai dengan bagiannya. (http//www.hil4ry.wordpres.com diperoleh tanggal 9 juli 2009).

3. Perencanaan dan dasar berfikir kritis dalam pengambilan keputusan
a. Tinjauan Pustaka
1) Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain (Panitia Medik Farmasi dan Terapi, 1994)
Tanda dan gejala yang menunjukkan dengan adanya inflamasi pada meningen seperti kaku kuduk, trias ensefalitis, anak tampak gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku. dapat disertai gangguan penglihatan ,pendengaran ,bicara dan kejang. (http//www.hil4ry.wordpres.com diperoleh tanggal 9 juli 2009).

Pengertian Kerusakan komunikasi verbal Adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan kemampuan atau ketidakmampuan untuk berbicara tetapi dapat mengerti orang lain. Kerusakan komunikasi dan kerusakan komunikasi verbal ialah diagnosa untuk menggambarkan individu berkeinginan untuk berkomunikasi .(Carpenito LJ, 2001)

2) Musik adalah Kesatuan dari kumpulan suara melodi, ritme dan harmoni yang dapat membangkitkan emosi. musik bisa membuat mood menjadi bahagia atau bahkan menguras air mata anda, musik juga bisa mengajak anda untuk turut bernyanyi dan menari atau mengantar kepada sebuah suasana santai. Intinya musik adalah penghibur (http//www.varios.opinion.blogspot.com)

Terapi musik adalah keahlian menggunakan musik dan elemen musik oleh seorang terapis yang terakreditasi untuk meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional dan spiritual. (http//www.Astaqauliyah.com)

Don Campbell (2002) dalam bukunya Efek Mozart menuliskan bahwa musik klasik (Haydn dan Mozart) mampu memperbaiki konsentrasi ingatan dan persepsi spasial.

b. Hasil penelitian terkait
Menurut peneliti Siegel (1999) ahli perkembangan otak, mengatakan bahwa musik dapat berperan dalam proses pematangan hemisfer kanan otak, walaupun dapat berpengaruh kehemisfer sebelah kiri, oleh karena adanya cross-over dari kanan ke kiri dan sebaliknya yang sangat kompleks dari jaras-jaras neuronal di otak.

Siegel 1999, mengatakan bahwa musik klasik menghasilkan gelombang Alfa yang menenangkan yang dapat merangsang sistem limbik jaringan neuron otak.

Campbell (2002) menyatakan bahwa gelombang otak dapat dimodifikasi baik oleh suara musik maupun suara yang ditimbulkan sendiri. Kesadaran sendiri terdiri atas gelombang beta, yang bergetar dari 14 hingga 20 hertz. Gelombang beta terjadi apabila kita memusatkan perhatian pada kegiatan sehari-hari di dunia luar, maupun apabila kita mengalami perasaan negatif yang kuat. Ketenangan dan kesadaran yang meningkat dicirikan oleh gelombang alfa, yang daurnya mulai 8 hingga 13 hertz. Periode-periode puncak kreativitas, meditasi, dan tidur dicirikan oleh gelombang theta, dari 4 hingga 7 hertz, dan tidur nyenyak, meditasi yang dalam, serta keadaan tak sadar menghasilkan gelombang delta, yang berkisar dari 0,5 hingga 3 hertz. Semakin lambat gelombang otak, semakin santai, puas, dan damailah perasaan kita.

Hasil penelitian Herry Chunagi (1996) Siegel (1999), yang didasarkan atas teori neuron (sel kondiktor pada sistem saraf), menjelaskan bahwa neuron akan menjadi sirkuit jika ada rangsangan musik, rangsangan yang berupa gerakan, elusan, suara mengakibatkan neuron yang terpisah bertautan dan mengintegrasikan diri dalam sirkuit otak. Semakin banyak rangsangan musik diberikan akan semakin kompleks jalinan antarneuron itu.
c. Desain rencana tindakan keperawatan
1) Pathofisological pathway kerusakan komunikasi verbal pada ensefalitis


2)Pathofisological pathway intervensi kerusakan komunikasi verbal pada
ensefalitis


3) Strategi perencanaan
Melihat kajian teori dan hasil riset yang telah ditelaah maka berdasarkan eviden based yang ditemukan dapat diterapkan tehnik manajemen penatalaksaan kerusakan komunikasi verbal selain dengan pengobatan yaitu dengan terapi musik mozart.

a)Terapi musik Mozart
Terapi musik adalah keahlian menggunakan musik dan elemen musik oleh seorang terapis yang terakreditasi untuk meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional dan spiritual. (http//www.Astaqauliyah.com)
b)Tujuan
(1)Musik dapat menyeimbangkan gelombang otak
(2)Musik Mempengaruhi Pernapasan
(3)Musik Mempengaruhi Denyut Jantung, Denyut Nadi, dan Tekanan Darah
c)Rencana tindakan
Terapi musik dilakukan selama 30 menit dilakukan 3x / 7 jam, dengan jenis
musik klasik mozart.
file music mozart
1.The Marriage of Figaro, K. 492, Overture
2.Serenade No 13 in G major, K. 525, A Little Night Music, I – Allegro
3.I Molto Allegro
4.II Andante
5.Mozart - Kleine Nacht Musik
6.MOZARTFORBABY01
7.Mozart-Trisch Trasch Polka – pizz
8.Mozart-Vivaldi - Spring

0 komentar: